SELAMAT DATANG DI BLOG SEBUAH KARYA SENI YANG DIUNGKAP MELALUI TULISAN DAN GAMBAR .. WELCOME TO THE BLOG OF AN ARTWORK REVEALED THROUGH TEXT AND IMAGES ..

Translate

Masterpiece Chat


Try Relay: the free SMS and picture text app for iPhone.

Rabu, 13 Maret 2013

True Story (18+)

Om Pram Bapak Kost..

 Sejak aku melakukan hubungan sexual yang pertama kali dengan Oom
Pram,
bapak kostku, aku tidak yakin apakah selaput daraku sobek atau
tidak.
Karena pada saat itu aku tidak merasakan sakit dan tidak
mengeluarkan
darah. Yang jelas sejak saat itu sex menjadi kebutuhan biologisku.
Repotnya
aku tidak dapat memenuhi kebutuhan biologisku ini kepada
pacarku yang
sebangku kuliah, dia sangat alim dan selalu membatasi diri
dalam
berpacaran.

Akhirnya aku semakin terjerat dengan bapak kostku yang mempunyai
perbedaan
umur 25 tahun (dia berumur 46 tahun). Kami melakukan selalu pada
siang
hari, yaitu pada saat istrinya sedang berada di kantor, dan semua
teman
kostku sedang kuliah. Sudah enam bulan berlalu, tanpa satu orang
pun yang
tahu, hanya barangkali pembantu rumah tangga yang mencium sesuatu
diantara
kami berdua.

Oom Pram pandai memainkan sandiwara dalam pergaulan sehari-hari di
rumah.
Dia memperlakukanku secara wajar, dihadapan rekan kostku yang lain
maupun
dihadapan istrinya. Jika tidak ada kuliah dan rumah kosong
(kecuali
pembantu), aku hampir selalu memuaskan hasratku. Dan untuk
keamanan, aku
selalu mempunyai stock kondom di lemariku yang selalu terkunci
(walaupun
pembelian kondom ini selalu menjadi masalah tersendiri bagiku,
karena aku
masih malu untuk membeli alat kontrasepsi tersebut).

Nani (bukan nama sebenarnya) adalah teman karibku yang tinggal
sekamar
denganku yang saat ini entah berada dimana, karena sejak kami lulus
sarjana
15 tahun yang lalu, kami tidak pernah berhubungan lagi, dan mudah
mudahan
membaca cerita ini sekaligus sebagai nostalgia bersama.

Pada suatu hari Nani pulang dari kuliah. Seperti biasanya tanpa ketuk
pintu
dia langsung masuk ke kamar. Ketika itu aku terbangun dari
tidurku. Nani
langsung mencopot sepatu dan mengganti pakaiannya dengan celana
pendek dan
t-shirt yang ketat. Dia memang tampak sexy dengan pakaian itu, buah
dadanya
tampak membusung, ditambah wajahnya yang cantik, aku yakin banyak
pria yang
menyukainya.

Dia tiba-tiba mengambil sesuatu dari pinggir bantal yang
kupakai, aku
terkesiap ketika mataku melirik barang yang baru diambilnya.
Jantungku
hampir copot rasanya. "Lin, ini punya siapa..?" matanya melotot,
mulutnya
terbuka penuh kekagetan. Aku tidak dapat menjawab, aku masih
mencoba
menenangkan hatiku. Di ujung jarinya masih dipegangnya kondom bekas
pakai
yang ujungnya masih berisi cairan putih.

Memang ini kecerobohanku, biasanya sehabis melakukannya selalu
kubungkus
tissu dan kusimpan di tas atau lemari. Tapi kali ini aku ketiduran
sehingga
lupa mengamankan benda berharga itu. "Dengan pacarmu..?" Aku
hampir
mengangguk, tetapi mulutku berbicara lain, "Oom Pram.." jawabku
pendek.
"Oh.., hebat sekali kamu, ceritain dong, aku pikir kamu alim,
sungguh mati
aku nggak nyangka kalau kamu juga udah pinter. Kamu curang, aku
selalu
jujur dan cerita apa adanya sama kamu. Eh nggak taunya pengalamanmu
lebih
hebat dariku." Nani terus menerocos sambil merebahkan
tubuhnya di
sampingku.

"Sudah berapa kali kamu sama Oom Pram..?" Aku memaklumi protes
dan rasa
penasarannya, karena Nani selama ini selalu terbuka denganku. Dia
selalu
menceritakan hubungaan sex-nya dengan pacarnya sedetil-
detilnya , dari
ukuran penis sampai posisi pada saat melakukannya. Sedangkan
aku sama
sekali tidak pernah menceritakannya karena rasa malu, karena
kulakukan
justru tidak dengan pacarku tetapi dengan laki-laki yang seumur
dengan
pamanku.

Sejak saat itulah aku mulai menceritakan aktifitas sexual kami
kepadanya,
aku ceritakan bagaimana pengalaman pertamaku yang tanpa rasa
sakit dan
tanpa darah, bagaimana Oom Pram mengajariku dan membimbingku dengan
penuh
kesabaran . Dan kuceritakan pula bagaimana induk semangku itu
begitu
perkasanya di atas ranjang, bahkan beberapa kali aku mengalami
orgasme
lebih dari satu kali. Pernah suatu kali aku ceritakan pengalaman yang
tidak
kulupakan hingga sekarang (kini aku sudah mempunyai dua orang
anak yang
sudah besar-besar), yaitu ketika kami hanya berdua, aku dan
Oom Pram
bercinta di atas sofa ruang tamu. Sungguh pengalaman yang fantastis.

Dia duduk bersandar ke sofa, sedangkan aku dalam posisi duduk atau
lebih
tepatnya jongkok di pangkuannya menghadap ke arahnya, kelamin kami
menjadi
satu, saling mengisi, saling menggesek dan menekan,
menjepit dan
menggoyang. Dan hubungan intim kami akhiri dengan rintihan
panjangku di
pojok karpet di bawah meja tamu. Sungguh pengalaman yang sangat
hebat.
Sampai kini pun aku selalu mengkhayalkannya dan mengimpikannya.

Hingga suatu saat Nani mengusulkan seuatu yang membuatku termenung.
Memang
pada awalnya usulannya masih bersifat gurauan, tetapi akhir-akhir
ini ia
semakin mendesakkan kemauannya. Bahkan sambil bergurau ia
mengancam akan
membeberkan kisahku ini ke pacarku. Aku butuh waktu seminggu
untuk
menimbangnya, aku belum rela untuk berbagi cinta dengan kawanku ini,
tetapi
lama-lama aku tergelitik, apalagi Nani selalu membujuk dan
mengkhayalkan
keindahannya bagaimana kalau kami melakukan hubungan sex
bertiga. Dan
akhirnya aku pun menyetujuinya.

Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, Oom Pram tidak keberatan
dengan
gagasan ini. Dan dipilihnya waktu yang paling tepat, yaitu ketika
istrinya
sedang mengunjungi orang tuanya di Jawa Tengah. Dan tempat yang
telah
disepakati adalah di kamar tidurnya bukan di kamarku. Kamarnya ada di
rumah
induk, sedang kamarku ada di Paviliun yang memang disediakan
untuk
indekost.

Sekitar jam sembilan malam, ketika teman kost lain sudah masuk
kamar
masing-masing. Aku pun masuk ke kamar Oom Pram tanpa satu orang
pun yang
melihat. Oom Pram yang sudah menunggu sambil nonton TV di kamar
menyambutku
dengan dekapan dan ciuman yang hangat. Kuedarkan mataku keliling
kamar,
sebuah kamar yang luas, indah dan mengagumkan, kamar yang tidak
kalah
dengan sweet room di hotel berbintang lima. Inilah pertama kali aku
melihat
kamarnya, diam-diam kukagumi taste istrinya dalam menata kamar yang
begitu
indah dan mengagumkan.

Tidak berapa lama kemudian Nani datang menyusul, terlihat
kecanggungannya,
hilang sifat lincahnya. Kubimbing dia ke arah Oom Pram. Oom Pram
memeluk
Nani dan mencium pipinya. Kecanggungan dicairkan oleh Oom Pram
dengan
obrolan ringan dan gurauan kecil. Karena kulihat baik Oom Pram
maupun Nani
masih sungkan untuk melakukannya, maka aku pun berinisiatif
untuk
memulainya.

Kubimbing Oom Pram ke tempat tidurnya yang sangat luas, kucumbu dan
kucium
dia. Kami berciuman, saling mengelus cukup lama dan birahiku
mulai naik
ketika tangannya meremas dengan lembut buah dadaku. Kulihat Nani
masih
duduk pasif di ujung tempat tidur memperhatikan kami. Kulepas
pelukanku dan
kutarik tangan Nani ke arah kami, dan ia segera masuk ke dalam
rengkuhan
Oom Pram.

Walaupun birahiku sudah mulai bangkit, tetapi kugeser posisiku
untuk
memberi kesempatan pada Nani menikmati ciuman dan belaian Oom
Pram. Nani
terlihat sangat bernafsu, apalagi ketika buah dadanya yang sexy
diremas
-remas oleh Oom Pram. Tubuhnya menindih tubuh Oom Pram dengan posisi
miring
memberi kesempatan buah dada kirinya untuk diremas, dua belah
pahanya
menjepit paha kanan Oom Pram, bahkan dari gerakan pinggulnya aku
yakin Nani
sedang menggesekkan selangkangannya di paha Oom Pram.

Kuhampiri Nani, kubuka resleting di punggungnya, ia
menghentikan
kegiatannya untuk memberikan kesempatan aku melepas pakaiannya, dan
dalam
sekejab dia sudah telanjang bulat, seperti diriku dia juga tidak
mengenakan
BH maupun CD. Tubuhnya memang indah dan aku selalu mengagumi
tubuhnya itu,
karena sebagai teman sekamar, aku sudah terbiasa melihat
kepolosannya itu.
Hanya ada satu hal yang belum pernah kulihat, yaitu bibir bawahnya
tampak
sedikit membengkak dan warna kemerahan membayang di balik rambut
kemaluan
yang tidak terlalu lebat.

Oom Pram segera meraih kedua buah dadanya untuk mencium
sekaligus
meremasnya, Nani tampak menikmatinya dan membiarkan seluruh
tubuhnya
dinikmati oleh Oom Pram. Tangannya kulihat mulai mengelus pangkal
paha Oom
Pram yang masih terbungkus piyama. Aku sebenarnya sangat terangsang
dengan
adegan itu, apalagi ketika mereka berdua sudah tanpa busana, dan
percintaan
mereka makin seru dimana dalam posisi tidur telentang di tengah
tempat
tidur yang harum dan mewah. Oom Pram mempermainkan kelamin Nani
dengan
lidah dan bibirnya, sedangkan Nani setengah jongkok di kepala
Oom Pram
merintih-rintih keenakan sambil menunduk melihat kemaluannya yang
sudah
makin membengkak.

Kulepas pakaianku, kurasakan buah dadaku sudah mengeras dan vaginaku
sudah
terasa basah. Kudekati penis Oom Pram yang tegak berdiri dengan
kepala yang
mengkilat, dikelilingi oleh otot yang kebiru-biruan, sebuah
pemandangan
yang bagiku sangat indah. Kugenggam batang penisnya, kadang kukecup
ujung
penisnya. Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak berani
memainkannya
seperti yang disukainya. Aku tidak menelusuri otot batangnya
dengan
lidahku, tidak pula menyedot seperti menyedot es lilin ketika aku
masih
kanak-kanak. Karena aku sadar, bahwa perjalanan masih panjang. Kali
ini dia
akan bercinta dengan dua orang wanita muda yang sedang haus-
hausnya. Aku
takut dia akan "selesai" sebelum waktunya.

Ketika Nani mengerang makin keras, dan gerak pinggulnya terlihat
makin
tidak terkendali, Oom Pram segera mengakhiri permainan. Dia
bangkit dan
membimbing Nani untuk rebah di sampingnya berbantal lengan
kirinya.
Direngkuhnya aku, sambil mencium bibirku tangan kanannya
merangkulku dan
mengelus pungggungku. Kunikmati permainan lidahnya, kadang
lidahnya
menjalar dalam mulutku, kadang lidah kami saling beradu. Kubiarkan
tangan
Nani ketika dari posisinya dia mejulurkan tangan untuk ikut
meremas buah
dadaku, karena menambah kenikmatan yang kurasakan. Bahkan
ketika dia
bangkit dan jarinya menyibak bukit kemaluanku yang sudah basah, aku
malah
merentangkan kedua belah pahaku lebar-lebar. Aku sama sekali tidak
merasa
risih, bahkan sebenarnya aku ingin dia melakukan lebih dari
mengelus
klitorisku. Aku ingin bibir Nani yang sensual itulah yang
melakukannya.
Tapi itu tidak dilakukannya.

Oom Pram bangkit dari posisi tidurnya, dari gerak dan sikapnya aku
segera
tahu bahwa dia sudah akan menyudahi pemanasan yang bagi kami terasa
sangat
lama dan menyenangkan, walaupun sebenarnya Nani sudah memintanya
sejak
tadi. Aku memberi kesempatan Nani untuk melakukannya terlebih
dahulu, ia
sudah dalam posisi telentang dengan kaki yang ditekuk dan kedua
belah paha
terbuka lebar, sehingga dua bukit kemaluannya terbelah dengan
menampakkan
semburat magma merah dari celahnya. Sebuah pemandangan yang sangat
indah,
sebuah tubuh putih yang mengkilat karena keringat, buah dadanya yang
padat
pinggang yang ramping. Mata Nani memandang sayu ke arah Oom Pram yang
sudah
berada di depannya siap melakukan tugasnya.

Oom Pram masih menjelajahi tubuh indah itu dengan matanya sambil
tangan
mengelus paha Nia, tubuhnya masih kelihatan kokoh. Aku tak pernah
bosan
memandang, entah sudah berapa kali aku menjamah dan menikmati tubuh
lelaki
itu. Aku lah yang tak sabar melihat adegan sejoli ini berlama-lama,
kuraih
penisnya dan kutuntun ke arah lubang kawah yang merah menyala. Nani
sedikit
mendongakkan kepala ketika ujung kemaluan Oom Pram mulai
masuk ke
vaginanya, mulutnya mendesis lembut. Jika sedang bercinta
denganku, Oom
Pram selalu memulai dengan tidak memasukkan penuh, tetapi hanya
kepalanya
saja, kemudian menancapkan berkali-kali ke arah atas di belakang
klitoris,
memutar dan menggoyangnya.

Demikian juga yang dilakukan kepada Nani, kocokan ringan itu
membuat Nani
makin mendesis-desis, disertai sapuan lidah di bibirnya sendiri.
Lututnya
terlihat bergerak membuka dan menutup kadang-kadang pinggulnya
diangkat
mencoba menenggelamkan batang yang mempesona itu, tetapi selalu
gagal. Aku
tidak dapat menahan diri, tanganku kuremaskan ke buah dada
Nina yang
bergoncang lembut, bahkan lama-lama jari tanganku mengelus-elus
klitoris
Nani yang tidak lagi mendesis tetapi sudah merintih-
rintih. "Oom...
masukkan yang dalam.., sampai habis..!" ia menghiba sambil
tangannya
menekan pantat Oom Pram. Dan dia merintih panjang ketika penis
Oom Pram
menancap makin dalam sampai ke pangkalnya.

Kulihat di depan mataku sepasang manusia sedang malakukan
persetubuhan,
sang wanita sambil mendekap pasangannya, mulutnya merintih dan
mendesis.
Sang lelaki dengan tubuh yang berkeringat mengayunkan pinggulnya ke
atas ke
bawah, kadang desis kenikmatan juga terdengar dari mulutnya.
Sesekali sang
lelaki dengan mata penuh nikmat menatap kosong kepadaku. Aku mundur
ketika
Nani mulai liar, kakinya mendekap tubuh Oom Pram dengan kencang,
pinggul
diangkat ke atas seakan ingin menyatu dengan lawan mainnya,
dagunya
mendongak disertai lenguhan panjang, "Aaahhh..."

Detik-detik indah Nani telah lewat, beberapa saat Oom Pram masih
menindih
di atas tubuhnya, dibelainya rambutnya dan dicium lembut
bibirnya.
Sebenarnya pada saat yang sama vaginaku sudah berkedut nikmat, aku
sangat
terangsang penuh birahi, tapi aku masih harus besabar beberapa menit
untuk
memberi kesempatan Oom Pram mengambil nafas. Walaupun aku tahu pasti
bahwa
dia belum berejakulasi.

Aku segera turun dari tempat tidur, kuambil tissue dan
kondomku,
kubersihkan dengan hati-hati penisnya yang basah kuyup oleh lendir
Nani.
Kusarungkan kondom berwarna merah jambu di kemaluannya. Beda
dengan Nani
yang tidak menyukai memakai alat itu, dia lebih menyukai pil KB
yang
diminumnya secara rutin, karena hubungannya dengan pacarnya.

Kulihat Oom Pram sambil telentang memperhatikan apa yang sedang
kulakukan,
mulutnya medesis penuh nikmat ketika penis yang sudah bersarung itu
kukulum
dan kusedot. Dalam nafsuku yang puncak itu, aku merasakan tidak
perlu lagi
pemanasan, aku segera memposisikan diri jongkok di atasnya,
kamaluan kami
sudah berhadapan nyaris menyentuh. Aku masih sempat bermain
di luar
sebentar, sebelum semuanya kumasukkan sampai ke dasar dinding
rahimku.
Kurebahkan tubuhku di atas tubuhnya, kuhisap mulutnya.

Kukerutkan otot-otot di dalam vagina untuk mencengkeram penisnya.
Bersamaan
dengan itu kuputar pinggulku sambil kutarik ke atas sampai ke
leher
kemaluannya. Kemudian dengan cara yang sama kulakukan dengan arah ke
bawah,
dan kulakukan berulang-ulang. Ia mengelus dan meremas bokongku,
pinggulnya
menyodok vaginaku dari bawah dengan irama yang sudah sangat
harmonis.
Posisi ini adalah posisi favoritku (hingga kini). Buah dadaku
terhimpit di
dadanya, perutku menggeser-geser perutnya dan desis kenikmatan kami
semakin
menyatu.

Kurasakan gesekan otot dan kulit penisnya di dalam vaginaku,
rasanya enak
sekali, kepala penisnya yang besar yang menyodok-nyodok dinding
rahimku
makin menambah kenikmatan yang kualami. Bagian dalam vaginaku
berkedut
makin dalam. Aku melenguh panjang, kutepuk pundaknya dan ia segera
mengerti
untuk menghentikan kocokannya. Sementara aku juga menghentikan
gerakanku
dan meikmati kedutan yang merambah jaringan kemaluanku. Aku
mengalami
orgasme ringan, aku tidak ingin permainan cepat selesai, baru lima
belas
menit kami bersetubuh, biasanya aku tahan lama sekali. Mungkin
karena aku
menonton dan terlalu meresapi permainan Nani tadi.

Aku masih menumpuk di atas tubuh Oom Pram, kemaluannya masih terjepit
dalam
sekali di dalam kelaminku yang masih menjalar rasa
nikmat. "Oom.., enak
sekali. Aku pengen lama. Lamaaaa sekali..!" kucium pipinya dan
kudekap
tubuhnya. Dan ketika dia mulai mengocokku dengan ringan dari bawah,
segera
kutepuk kembali pundaknya, "Aaaah, jangan dulu Oom.., Lani belum
turun.."
Kurebahkan kepalaku di samping kepalanya, kudekap tubuhnya yang
kekar,
kuluruskan kakiku sehingga paha kami saling menempel, dengan posisi
ini aku
merasa menjadi satu dengannya. Kemaluannya masih tetap di dalam
tubuhku.

Wajahku berhadapan dengan wajah Nani yang sejak tadi menonton
pertunjukan
kami, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri, sedangakan
tangan
kanannya menggosok-gosok klitorisnya. Nani sudah mulai
bangkit lagi
nafsunya, wajahnya menampakkan kenikmatan mansturbasinya. Menit
berikutnya
Oom Pram sudah menggulingkan tubuhku ke samping tanpa melepaskan
kesatuan
kami. Dan dalam sekejap tubuh yang mengkilat oleh keringat
sudah
dihadapanku dengan posisi push up, kedua tangannya berada di
samping
tubuhku, kedua kaki lurus dan merapat. Penisnya sangat besar dan
keras
masih terasa menekan dalam lubang kenikmatanku.

Kulipat kakiku dan kubuka lebar-lebar pahaku, karena aku tahu
bahwa Oom
Pram akan segera mengaduk-aduk isi kelaminku dengan alatnya itu. Aku
sudah
siap untuk dipuasinya, dan aku pun siap untuk memberikan
peyananku. Dia
mulai menarik pelan-pelan penisnya, kuimbangi dengan remasan otot
vagina,
kurasakan nyeri kenikmatan dari bawah tulang kemaluanku.
Aaahhh.., aku
mulai mendesis, kuputar pinggulku, dan kuremas-remaskan dan kusedot
habis
kemaluannya, aku merintih tidak tahan, Oom Pram mendesis.

Aku dipompa dengan putaran ke kanan kadang ke kiri, kadang diulir
kadang
ditancap lurus ke bawah. Rasa geli dan desiran nikmat makin
merambat di
seluruh kemaluanku. Kakiku sudah terangkat tinggi menggapit
pinggangnya,
pinggulku selalu melekat erat dengan pinggulnya. Pangkal kemaluan
kami
saling melekat, klitorisku bergetar hebat. Oom Pram mendekapku
erat,
diciumnya bibirku, nafasnya sudah memburu, kocokan penisnya
menghujam
dengan kencang dan dalam, bersamaan dengan itu kedutan dahsat dalam
lubang
kemaluanku. Dia telah memancarkan spermanya.

Bersamaan dengan itu kulepas pula keteganganku. Kutahan
jeritan
kenikmatanku. "Oom Pram.., oh..." Aku tergolek lemah di samping
Nani yang
sedang menuju klimaks dalam mansturbasinya. Malam yang indah yang
sampai
kini pun aku sering melamunkannya.

Dewi..Janda Nikmat

 Sebenarnya jujur aku merasa malu juga untuk menceritakan
pengalamanku ini,
akan tetapi melihat pada jaman ini mungkin hal ini sudah dianggap
biasa.
Maka aku beranikan diri untuk menceritakanya kepada para pembaca.
Tetapi
ada baiknya aku berterus terang bahwa aku menyukai wanita yang
lebih tua
karena selain lebih dewasa juga mereka lebih suka merawat diri. Aku
seorang
pria yang suka terhadap wanita yang lebih tua daripadaku.

Dimulai dari aku SMA aku sudah berpacaran dengan kakak kelasku
begitu juga
hingga aku menamatkan pendidikan sarjana sampai bekerja hingga
saat ini.
Satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika aku berpacaran
dengan
seorang janda beranak tiga. Demikian kisahnya, suatu hari
ketika aku
berangkat kerja dari Tomang ke Kelapa Gading, aku tampak
terburu-buru
karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.45. Sedangkan aku harus
sampai di
kantor pukul 08.30 tepat. Aku terpaksa pergi ke Tanah Abang dengan
harapan
lebih banyak kendaraan di sana. Sia-sia aku menunggu lebih dari 15
menit
akhirnya aku putuskan aku harus berangkat dengan taxi. Ketika
taxi yang
kustop mau berangkat tiba-tiba seorang wanita menghampiriku sambil
berkata,
"Mas, mau ke Pulo Gadung ya?" tanyanya, "Saya boleh ikut nggak?
soalnya
udah telat nich."

Akhirnya aku perbolehkan setelah aku beritahu bahwa aku turun di
Kelapa
Gading. Sepanjang perjalanan kami bercerita satu sama lain dan
akhirnya aku
ketahui bernama Dewi, seorang janda dengan 3 orang anak dimana
suaminya
meninggal dunia. Ternyata Dewi bekerja sebagai Kasir pada sebuah
katering
yang harus menyiapkan makanan untuk 5000 buruh di Kawasan
Industri Pulo
Gadung. Aku menatap wanita di sebelahku ini ternyata masih cukup
menggoda
juga. Dewi, 1 tahun lebih tua dari aku dan kulit yang cukup
halus, bodi
yang sintal serta mata yang menggoda. Setelah meminta nomor
teleponnya aku
turun di perempatan Kelapa Gading. Sampai di kantor aku segera
menelepon
Dewi, untuk mengadakan janji sore hari untuk pergi ke bioskop.

Tidak seperti biasanya, tepat jam 05.00 sore aku bergegas
meninggalkan
kantorku karena ada janji untuk betemu Dewi. Ketika sampai di
Bioskop
Jakarta Theater, tentunya yang sudah aku pilih, kami langsung antri
untuk
membeli tiket. Masih ada waktu sekitar 1 jam yang kami habiskan
untuk
berbincang-bincang satu sama lain. Selama perbincangan itu kami sudah
mulai
membicarakan masalah-masalah yang nyerempet ke arah seks. Tepat jam
19.00,
petunjukan dimulai aku masuk ke dalam dan menuju ke belakang kiri,
tempat
duduk favorit bagi pasangan yang sedang dimabuk cinta. Pertunjukan
belum
dimulai aku sudah membelai kepala Dewi sambil membisikkan kata-
kata yang
menggoda. "Dewi, kalau dekat kamu, saudaraku bisa nggak tahan,"
kataku
sambil menyentuh buah dadanya yang montok. "Ah Mas, saudaranya
yang di
mana?" katanya, sambil mengerlingkan matanya. Melihat hal itu aku
langsung
melumat habis bibirnya sehingga napasnya nampak tersengal-
sengal. "Mas,
jangan di sini dong kan malu, dilihat orang." Aku yang sudah
terangsang
segera mengajaknya keluar bioskop untuk memesan taxi. Padahal
pertunjukan
belum dimulai hanya iklan-iklan film saja yang muncul.

Setelah menyebutkan Hotel **** (edited), taxi itupun melaju ke
arah yang
dituju. Sepanjang perjalanan tanganku dengan terampil meremas
buah dada
Dewi yang sesekali disertai desahan yang hebat. Ketika tanganku
hendak
menuju ke vagina dengan segera Dewi menghalangi sambil
berkata, "Jangan di
sini Mas, supir taxinya melihat terus ke belakang." Akhirnya
kulihat ke
depan memang benar supir itu melirik terus ke arah kami. Sampai di
tempat
tujuan setelah membayar taxi, kami segera berpelukan yang disertai
rengekan
manja dari Dewi, "Mas Jo, kamu kok pintar sekali sih merangsang
aku,
padahal aku belum pernah begini dengan orang yang belum aku kenal."
Seraya
sudah tidak sabar aku tuntun segera Dewi ke kamar yang kupesan. Aku
segera
menjilati lehernya mulai dari belakang ke depan. Kemudian dengan
tidak
sabarnya dilucutinya satu persatu yang menempel di badanku hingga aku
bugil
ria. Penisku yang sudah menegang dari tadi langsung dalam posisi
menantang
Dewi.

Kemudian aku membalas melucuti semua baju Dewi, sehingga dia pun
dalam
keadaan bugil. Kemudian dengan rakus dijilatinya penisku yang
merah itu
sambil berkata, "Mas kontolnya merah banget aku suka." Dalam
posisi 69
kujilati juga vagina Dewi yang merekah dan dipenuhi bulu-bulu yang
indah.
10 Menit, berlalu tiba-tiba terdengar suara, "Mas, aku mau
keluaarr..."
"Cret... cret... cret..." Vagina Dewi basah lendir yang menandakan
telah
mencapai oragasmenya. 5 Menit kemudian aku segera menyusul, "Dewi,
Wi, Mas
mau keluar..." "Crot... crot... crot..." Spermaku yang banyak
akhirnya
diminum habis oleh Dewi.

Setelah itu kami pun beristirahat. Tidak lama kemudian Dewi
mengocok
kembali penisku yang lunglai itu. Tidak lama kemudian penisku
berdiri dan
siap melaksanakan tugasnya. Dituntun segera penisku itu ke
vaginanya.
Pemanasan dilakukan dengan cara menggosokkan penisku ke
vaginanya. Dewi
mendesah panjang, "Mas, kontolnya kok bengkok sih, nakalnya ya
dulunya?"
Tidak kuhiraukan pembicaraan Dewi, aku segera menyuruhnya untuk
memasukkan
penisku ke vaginanya. "Dewi, masukkan cepat! Jonathan tidak
tahan lagi
nih." Sleep.. bless... masuk sudah penisku ke vaginanya yang
merekah itu.
Tidak lupa tanganku meremas buah dadanya sesekali menghisap
payudaranya
yang besar walaupun agak turun tapi masih nikmat untuk dihisap.
Goyangan
demi goyangan kami lalui seakan tidak mempedulikan lagi apakah
yang kami
lakukan ini salah atau tidak. Puncaknya ketika Dewi memanggil
namaku,
"Jonathan.. terus... terus... Dewi, mau keluar..." Akhirnya Dewi
keluar
disertai memanggil namaku setengah berteriak, "Jonathan...
aku...
keluaaarrr..." sambil memegang pantatku dan mendorongnya kuat-kuat.

Tidak berselang lama aku pun merasakan hal sama dengan Dewi, "Wi...
ah...
ah... tumpah dalam atau minum Wi..." kataku. Terlambat akhirnya
pejuku
tumpah di dalam, "Wi... kamu hebat... walaupun sudah punya 3 anak,"
kataku
sambil memujinya. Akhirnya malam itu kami menginap di hotel ****
(edited).
Kami berpacaran selama 1 tahun, walaupun sudah putus, tetapi kami
masih
berteman baik.
Cerita Indah

 Saya adalah seorang wanita yang berparas yah
tidak akan mengecewakan bagi siapapun yang memandangnya deh. Tinggi
badan saya 171 cm, berat 53 kg, biar langsing tapi aku rajin fitness
minimal 2 kali seminggu di Gym, jadi ya kulitku kencang dan mulus,
berambut hitam lurus sebahu, bermata hitam kecoklatan, dan kulit saya
kuning langsat (yah pokoknya kulit orang Indonesia banget deh!) dan
asalnya dari Sunda, di Cicaheum, Bandung! tapi tinggalnya di Daan
Mogot, Jakarta. Dan saya masih benar-benar "totally virgin" alias
perawan asli ketika hal yang akan saya ceritakan ini terjadi!

Saya tadinya seorang wanita yang normal, maksud saya sifat
seksualitas saya itu normal seperti wanita lainnya, senang sama
cowok, apalagi yang keren! Walau sekarang masih senang sama cowok,
tapi arah seksualitas saya lebih cenderung ke arah seorang lesbian
setelah hal 'itu' terjadi, jadi saya simpulkan bahwa saya adalah
seorang biseksual!

Siang itu aku seperti biasa, jalan dari rumah ke kampus, biasa bawa
tugas-tugas yang setumpuk dari dosen-dosen yang killer-killer.
Setelah kuliah (maklum hanya sebentar, ketika itu hari Sabtu, jadi
kuliah yang barusan sebenarnya hanya buat pengganti buat selasanya,
karena dosennya tidak masuk!) jadi jam 12.30 sudah bubaran. Aku tuh
orang yang paling sering diledekin sama teman-temanku karena hanya
punya tampang 'n body doang, tapi tidak punya cowok! (katanya terlalu
mikirin belajar, padahal sih kan memang harus).

Terus, siang itu karena bete banget habis kuliah, ya aku langsung
saja pulang! Tapi ketika sudah hampir sampai di rumah aku kepikiran,
lebih baik malam minggu begini menyewa beberapa VCD saja di rental
dekat rumahku! Tentang rental itu terus terang aku bilang bagus!
Tempatnya cukup besar dan terlihat mewah, dan ber-AC, lagi pula harga
VCD sewaannya pun tidak terlalu mahal! Ya sudah deh, aku menyewa film-
film itu kalau tidak salah sih aku menyewa 6 film!

Sorenya ketika aku mau menonton film pertama, telpon rumah berdering
memecah kesunyian (maklum orang rumah pada pergi! Papa sama mama lagi
pulang kampung ke Bandung, terus adikku yang cowok ikutan camping
sama klub pecinta alamnya di Garut). Pokoknya benar-benar sendirian
deh. Ya sudah, dengan agak malas kuangkat telepon itu, dan ternyata
benar seperti yang kuduga, yang menelpon si Mira (dia hanya tinggal
berdua dengan kakeknya ditambah pembantu), sobatku sejak semester
satu.

"Halo.., ini Indah ya..? Ini aku, Mira..!" katanya.
"Halo.., ya ini aku, ada apa lagi nih, Mir..!" jawabku.
"Gini, Ndah... aku lupa kalo Mang Eja (pembantunya) yang megang kunci
rumahku, padahal tadi pas dia mau berangkat ke rumahnya (di Karawang)
aku taruh kuncinya di tasnya, soalnya kebelet pipis, trus aku lupa
deh, dan kuncinya kebawa dia..!" katanya panjang.
"Duh, Mir... masih cantik kok udah pikun..!" tukasku enteng. "Trus,
kamu gimana sekarang..?" tanyaku lagi.
"Ya tau deh bingung banget nih, dia baru balik lagi pas minggu malem,
katanya sih gitu..!" Mira memang nadanya waktu itu lagi kesal dan
bingung.
"Gimana kalo aku nginep di rumahmu aja malem ini, Ndah... masa aku
mau nginep di hotel..?" pintanya dengan nada sedikit memelas.

Rumahnya si Mira sekitar 1 jam jaraknya kalau ditempuh dari rumahku,
akhirnya aku sih boleh-boleh saja, paling tidak ada teman deh di
rumah! Masa anak gadis sendirian di rumah, di Jakarta Barat lagi,
yang terkenal kriminalitasnya. Begitu tukasku dalam hati.
"Oke deh, Mir... gue tungguin..! Ati-ati lu, Mir..!" tukasku ringan.

Aku menunda menonton VCD itu, karena mau mandi dulu, malu biar sama
teman sendiri tapi belum mandi. Ketika jam 16.30 tepat, si Mira
datang, waktu itu hujan deras, dia tidak membawa payung, ya sudah deh
basah kuyup ketika sampai rumah! Aku kasih tahu tentang gadis yang
feminim ini, tingginya sekitar 160 cm deh, tapi masih lebih tinggi
aku sedikit, penampilannya persis seperti Putri Solo sekali, langsing
singset, kulit putih kekuningan, rambut hitam lurus agak panjang dari
rambutku, dan waktu itu dia memakai kemeja krem dengan rok sebetis
(agak belah sedikit sampai sepaha).

Ketika dia datang, aku kebetulan baru saja habis mandi, dan hanya
memakai handuk di kepala dan longdress buat pakaian orang habis
mandi! Biar begitu juga aku selalu pakai BH dan CD-ku dong! Tidak
seperti yang di film-film barat, hanya bahu yang menempel di badan
saja! Ya sudah, aku suruh dia masuk dan segera mandi, aku pinjamkan
dasterku (dia yang minta karena hanya di rumah saja). Aku berdua Mira
awalnya sih biasa saja, sama sekali tidak ada tuh perasaan saling
suka (secara seksual) sama dia, hanya memang kami saling mengagumi
fisik masing-masing.

Sehbis dia mandi, kami berdua makan Indomie Rebus hangat yang baru
kubikin, sungguh nikmat saat itu, udara dingin ditutupi dengan
kehangatan dari Mie itu, mengasyikkan! Malamnya kira-kira jam 19.30
baru deh kami menonton VCD yang kusewa siang tadi, judulnya kalau
tidak salah sih Wildthings, nah inilah merupakan faktor yang membuat
kami jadi 'lesbo'. Aku sendiri juga kaget, ternyata di CD keduanya,
artis Neve Campbell (tidak disangka juga Neve campbell mau akting
bercinta sama cewek) sama artis satunya lagi (sorry, lupa nih) itu
saling bermain cinta, walaupun disana juga ada aktornya, jadi mereka
bercinta bertiga, 2 cewek dan 1 cowok.

Awalnya kami sih kaget dan agak jijik, melihat 2 cewek saling
bersetubuh bugil begitu, walaupun ada juga prianya. Kami terus
terpana melihat adegan bagian itu yang berdurasi sekitar 5-10 menit.
Dan terus terang, ketika itu aku merasakan sesuatu yang benar-benar
lain merasuki perasaanku, mungkin memang juga sudah naluri seksku
dari sananya mungkin, yang cenderung bisa jadi lesbian, jadi aku
merasa sesuatu yang aku benar-benar ingin rasakan kelembutan seksual
seorang wanita. Terasa sekali hasrat seksualku mulai naik, lalu tanpa
sengaja aku memegang lengan kanan si Mira, lalu kutatap dalam-dalam
tubuhnya.

Ternyata dia yang selama ini kuanganggap biasa saja terlihat menjadi
sangat sensual di hadapanku, benar-benar seorang wanita yang anggun.
Kulitnya yang sangat mulus (beneran lho..!) membuatku selalu ingin
memegangnya, bahkan sempat terbesit bahwa di malam panjang ini aku
harus bercinta dengannya, dan keinginan itu semakin menjadi-jadi
ketika adegan di VCD itu antara artis wanitanya saling berciuman
bibir dengan sangat lembutya, dan saling menjilati tubuh satu sama
lain. Tapi ketika itu si Mira tidak merespon, dia hanya balas
memegang jemariku saja, dan tiap sebentar melihatku dengan pandangan
yang terus terang sangat menggodaku.

Nafsu seksualku semakin bertambah, keinginan yang teramat dan amat
sangat menimpa diriku kala itu, sepertinya aku mulai merasakan bahwa
libidoku naik dengan sangat drastis, tapi aku masih dapat menahannya
sambil hanya mengelus-elus tangan Mira dan sesekai rambutnya yang
cantik itu. Mulailah kucoba untuk mengalihkan perhatiannya, kumatikan
lampu yang terang, dan kunyalakan yang redup (walau masih agak terang
juga). Lalu mulai aku memegangi dagunya dan menolehkannya pada
wajahku, tersentak dia agak terkejut, sungguh! Wajah Mira membuatku
sangat naksir padanya, baru kali itu aku rasakan hal seperti itu.

Dan hal yang membuatku lebih membuat libido semakin membara ketika
Mira mengucapkan kata-kata indah kepadaku.
"Ya ampun, kalo diperhatikan elu tuh sweet banget lo, Ndah! Bodymu
juga sensual banget..!" setika itu pula tersentak nafsu seksualku
sangat menggebu.
Mulailah kututup mulut Mira dengan jemariku, tanganku yang satunya
lagi mengelus-elus rambutnya. Perlahan-lahan alam bawah sadarku
memerintahkanku untuk mencumbu bibirnya yang manis itu. Lalu
kulakukan, kukecup dengan penuh mesra, dan seperti yang kuharapkan,
Mira akhirnya juga merasakan apa yang sudah kurasakan sejak tadi. Dia
akhirya juga jadi 'horny' setelah kuperlakukan seperti itu.

Serentak kami pindah ke kamarku, sambil sedikit berlarian dan tertawa
senang. Sampai di kamarku, aku menggodanya dengan mengatakan, "Aku...
aku sungguh suka sama kamu Mira, kamu sangat cantik, ayu, dan baik!"
Dan tampaknya serentak itu pula Mira mulai merasakan libidonya
membara! Kami berciuman bibir, dia jelujurkan lidahnya ke bibirku,
kusambut lidah dengan lidahku. Kami bercumbu sangat baik, dengan
memainkan lidah dan mengulum-ngulumnya (seperti orang sudah terlatih,
padahal sih tidak pernah!).

Tindakan kami terus berlanjut, sementara kami berciuman, Mira
perlahan menarik ke atas dasterku, terus hingga perasaanku sangat
nikmat kala itu. Dia meraih CD kremku dan membukanya perlahan-lahan.
Kubantu dengan sedikit mengatur selangkanganku, dan terlepaslah CD-ku
yang mungil itu. Kubalas dia dengan langsung membuka dasternya dari
bawah ke atas, kulihat sekarang Mira hanya mengenakan Bra dan CD-nya,
itu merupakan stelan pakaian dalamku, karena punyanya basah terkena
hujan.

Dia mencium leherku terus dan menjilati telingaku, aku tetap meraba-
raba perutnya yang sudah terbuka itu sesukaku, sungguh kulit yang
sangat indah dari yang penah kurasakan.
Lalu kucium mesra dan kuhisap-hisap pusarnya, hingga dia benar-benar
kegelian dan berkata, "Ohh, Indaaahh... uhmm, terus sayang...
ooohh..!" desahnya di telinga kiriku pelan, suara serak basahnya yang
membuatku semakin ingin memberikan nafsu juga padanya.
Suara Mira benar-benar membuatku semakin nafsu, tampak kami sedikit
berkeringat karena memang agak tegang melakukan ini.

Kuhisap dan kujilati keringat yang seperti embun itu di pahanya.
"Ohhh, kamu betul-betul bidadari, Mira sayangku..!" tukasku.
Tak hanya itu, Mira pun membalas dengan membuka restleting daster di
punggungku. Lepaslah busana kami berdua, tinggal bra dan CD yang
merekat. Kulihat payudaranya tampak mengeras perlahan-lahan, lalu dia
sendiri yang membuka bra-nya secara mendadak. Dengan cepat pula dia
lepas CD-nya, dia lakukan semua itu di hadapanku. Lalu dia memutari
tubuhku dan menulunkupkanku di ranjang sambil menciumi dan menghisap-
hisap leher belakangku.

Dia melepas bra-ku, terus dia ciumi sampai CD-ku terlepas, dan dia
lalu menciumi pantatku yang benar-benar seksi. Dijilati
selangkanganku antara lubang dubur dengan pantatku, kurasakan sangat
nikmat.
"Ooohh sayang... teruskan sayang..! Miraaa..!"
Sungguh kurasakan kenikmatan yang teramat sangat, dan juga mulai
kurasakan vaginaku mulai basah sedikit demi sedikit. Mira lantas
membalikkan tubuhku, kini kami berhadapan, kami mulai lagi berciuman.

Mira sengaja menindihku dengan menghimpitkan payudaranya ke
payudaraku sambil tetap mencumbuiku. Payudaraku yang berukuran 34C
itu semakin mengeras akibat tindihan tubuh Mira yang yang sungguh
sensual. Tangan Mira satunya meremas-remas lembut puting susuku, yang
satunya lagi ia mainkan dalam liang kemaluanku, kurasakan kegelian
dengan kenikmatan yang teramat sangat, hingga hampir tak kuasa aku
menahannya.
"Miraaa, oh Mira sayang... ahh.. ahhh.. ahhh..."

Hampir satu jam kami melakukan ini, sungguh terasa begitu cepat. Lalu
kami berputar posisi, sepertinya Mira lebih sering nonton film BF dan
membaca buku-buku seks dari pada aku, sehingga dia tahu banyak style-
style yang memberi kenikmatan.
"Orang bilang sytle ini 69 sayang.." tukasnya.
Aku sungguh tergoda ketika selangkangan Mira di hadapanku, kucium-
cium dan kujilati duburnya, sungguh aroma parfum dicampur bau
kulitnya membuatku semakin terangsang.

Mira melakukan sesuatu yang membuatku sangat merasakan sesuatu yang
paling berbeda di dalam hidupku, dia menuangkan coke ke liang
kemaluanku, kurasakan dingin. Tiba-tiba puncak kenikmatan datang
ketika Mira menjilati vaginaku, memainkan lidah lembutnya di liang
peranakanku, dan meniup-niup kecil disertai gigitan-gigitan halus.
"Ohhh... ahh... terus, terus, teruskan sayang..! Oooh.. ah..,"
kurasakan itulah puncak kenikamatan yang kudapatkan.
Walaupun vaginaku basah bercampur dengan coke itu, Mira tetap
menjilati dan melalapnya. Oh sungguh membuatku tak kuasa menahan
kenikmatan itu!

Aku memang terkadang sering mencukur rambut-rambut yang ada di
sekitar vaginaku, jadi hal itu memudahkan Mira menjalankan aksinya.
Begitu juga Mira, vaginanya yang ada di hadapan wajahku kucium kecil,
lalu kuhisap-hisap dan kujilati. Aku mencoba mengikutinya, yaitu
dengan mengigit-gigit kecil dan memasukkan serta memainkan lidahku di
liang peranakannya, oh sungguh memuaskan ketika itu. Mira sampai-
sampai berkata, "Uuhmmf... sayang... oh... Indaaah aaahhh..!"
Mira dan aku sungguh sedang merasakan betapa nikmatnya bercinta,
itulah pengalama pertamaku bercinta, dengan seorang wanita lagi,
begitupun Mira.

Tubuh kami berkeringat, kami saling menjilati kulit dan menjilati
keringatnya yang baunya benar-benar menggoda. Lalu kami bertukar
posisi, jujur kami sedikit lelah, Mira berbaring di dadaku, kurasakan
lembut payudaranya di tangan kananku, sedang tangan kiriku meremas-
remas kecil vaginanya, lagi kami berciuman. Aku dan Mira bersetubuh
(kendati sesama wanita) dengan cukup melelahkan, semalaman kami
bercinta.

Mulai jam 10 malam sampai pagi, kami tetap berbugil ria berduaan,
saling menikmati tubuh, sedikit kami kurangi frekwensi pergerakan,
lebih kepada bergerak slowly! Kemudian kuulang lagi, kucium dan
kuhisap-hisap serta kujilati kedua Nipples-nya...
"Ooh payudaramu benar-benar indah, kendati sedikit lebih menggoda
payudaraku..," katanya.
Kalau aku tidak salah, kami bercinta sekitar 3 jam, kami lelah, lalu
tidur berpelukan berdua. Saling mengeratkan tubuh, tapi Mira tak
berhenti mencumbu kening, pipi, serta bibirku.

Ketika terjaga saat jam 4 pagi, kulihat Mira tidur pulas di lengan
kananku, kutolehkan wajahku menghadapnya, kucumbui lagi Mira..,
sungguh dia terlihat sangat anggun dalam keadaan bugil dan lelah
begitu..! Aku mulai merasakan keanehan timbul, karena malam itu baru
saja aku bersetubuh dengan sesama jenis, tapi yang kurasakan adalah
kenikmatan yang tiada tara!
"Oh Miraa, sayang..!" kudaratkan lagi bibirku pada bibirnya sambil
kuusap-usap rambut panjangnya.

Pagi harinya Mira terbangun lebih dahulu. Dia bilang dia sudah bangun
jam 7, tapi aku baru bangun jam 7.30 pagi. Ketika bangun, kulihat
Mira sedang bugil duduk di kursi di kamarku dengan kedua kakinya
diangkat dan ditahan dengan kedua tangannya, sehingga menutupi
payudaranya, dia menatapku dengan senyuman manis. Kubalas dengan
segera bangun ke hadapannya dan lagi-lagi aku menciumi bibir seksinya.

Aku berkata, "Mira sayang, terima kasih ya, aku benar-benar ngga tau
kenapa malam itu, tapi kamu sungguh hebat..! Aku... aku mencintai
kamu, Mir, sungguh..! Aku benar-benar suka kamu..!" ucapku spontan
sambil memandangi matanya.
"Ah sudahlah, Indah sayanng... aku ngga menyesal kok, kamu juga
sangat hebat semalam, baru kali ini juga aku bercinta, sama kamu lagi!
"Hihihi... aku, aku juga cinta kamu, sayang, sungguh..!" aku benar-
benar terkejut Mira berkata itu, tapi aku sungguh senang.

Kini kami sungguh sangat lebih akrab dari sebelumnya, dan kami selalu
melakukan persetubuhan (benar-benar bugil) dimanapun kami punya
kesempatan, sungguh! Aku sangat menikmatinya begitu juga sayangku
Mira! kini mereka (teman-teman kampus) tidak dapat ngeledek bahwa aku
tidak punya pacar, atau cuma punya tampang 'n body saja, tapi tidak
punya cowok. Kini aku punya, meskipun satu jenis denganku, dia lah
Mira yang sangat kusayangi! Inilah kebiasaan baru kami, juga dengan
sering berkata, "Sayang, sayang, dan sebagainya!"
Meskipun tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa kami ini lesbian
dan telah beberapa kali bercinta.

Sekian kisah nyata ini dari saya, hanya untuk berbagi pengalaman.
Love you all readers! Indah

Tidak ada komentar:

id="fb-root">